Selasa, 14 Agustus 2012
MEMBANGUN GEREJA BESAR DENGAN UANG SANGAT KECIL
Seorang anak perempuan berdiri didekat sebuah gereja kecil, ia tidak bisa memasukinya karena gereja itu “terlalu sesak.”
”Aku tidak bisa ikut Sekolah Minggu,” ia berkata sembari terisak-isak kepada sang pendeta yang menemuinya.
Melihat kelusuhannya, penampilannya yang kumal, sang pendeta sudah menduga apa masalahnya dan, ia memegang tangan anak perempuan itu, membawanya masuk kedalam gereja, dan mengambil tempat duduk bagi anak itu untuk mengikuti kelas Sekolah Minggu. Anak itu sangat gembira karena ia bisa berada di sekolah Minggu, dan malam itu ia beranjak tidur dengan memikirkan anak-anak lainnya yang tidak mendapat tempat untuk menyembah Yesus.
Sekitar dua tahun kemudian, anak perempuan itu ditemukan mati di sebuah bangunan kontrakan yang miskin. Orang tuanya memanggil sang pendeta yang baik hati itu yang telah berteman dengan anak mereka untuk memimpin upacara penguburan anak tersebut.
Ketika mayat anak perempuan itu dipindahkan, sebuah dompet berwarna merah yang lusuh dan kumal yang mungkin dia pungut dari sebuah tempat sampah ditemukan.
Didalamnya terdapat uang 57 sen dan sebuah catatan, coretan tangan khas seorang anak, bunyinya: “Uang ini untuk membantu pembangunan gereja kecil itu supaya menjadi lebih besar supaya ada semakin banyak anak yang dapat pergi ke Sekolah Minggu.”
Selama dua tahun ia telah menabung persembahan kasih itu.
Ketika sang pendeta membaca catatan itu dengan berlinang air mata, ia seketika mengetahui apa yang seharusnya ia lakukan. Dengan membawa catatan dan dompet merah itu dihadapan jemaatnya, ia menceritakan cerita tentang kasih dan kesetiaan anak perempuan yang tidak mementingkan dirinya sendiri itu.
Ia menantang para diakennya untuk bekerja keras dan mengumpulkan cukup uang untuk bangunan yang lebih besar.
Tetapi cerita ini tidak berakhir disitu saja ….
Sebuah koran mendengar cerita itu dan menerbitkannya. Cerita itu kemudian dibaca juga oleh seorang pengusaha perumahan yang kaya raya yang kemudian menawarkan kepada gereja tersebut sebidang tanah yang berharga ribuan dollar.
Ketika ia diberitahu bahwa gereja tersebut tidak mempunyai uang sebanyak itu untuk membayar tanah yang ditawarkannya, ia kemudian menawarkan untuk menjual kepada gereja kecil itu seharga 57 sen saja.
Para jemaat gereja berhasil mengumpulkan sumbangan yang sangat banyak. Cek datang dari mana-mana.
Selama lima tahun kemudian, pemberian anak perempuan itu telah meningkat menjadi sebanyak $250,000.00—sebuah jumlah yang sangat banyak waktu itu (hampir ketika abad berganti). Kasihnya yang tidak egois itu telah menghasilkan demikian banyak keuntungan.
Jika anda berada di kota Philadelphia , sempatkanlah untuk melihat Gereja Temple Baptist, sebuah gereja dengan kapasitas tempat duduk bagi 3.300 orang. Dan pastikan juga anda mengunjungi Universitas Temple, dimana ratusan mahasiswa belajar.
Lihatlah juga Rumah Sakit Good Samaritan dan juga sebuah gedung Sekolah Minggu yang dapat menaungi ratusan anak-anak, dibangun supaya tidak ada anak di wilayah itu yang harus berdiri diluar gereja karena tidak bisa mengikuti Sekolah Minggu.
Di salah satu ruangan dari gedung-gedung tersebut ada sebuah gambar wajah manis anak perempuan yang memberikan uang 75 sen itu, yang telah menabung dengan begitu banyak pengorbanan, yang juga telah membuat sebuah sejarah yang begitu luar biasa. Disampingnya adalah sebuah foto dari pendetanya yang baik hati, Dr. Russell H. Conwell, penulis buku, ‘Acres of Diamonds’.
Ini adalah sebuah kisah nyata, yang menunjukkan APA YANG TUHAN BISA PERBUAT DENGAN UANG 57 SEN.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusIni sangat memberi isnpirasi bagi kami para pendeta yang sedang membangun. luar biasa
BalasHapusMantap Pak Jery GBU
BalasHapus